Waktu PPG

 ::::::::: post ini mengandung unsur kebaperan penulis :::::::::


Kadang gitu aku berfikir, kenapa orang-orang yang dulunya completely strangers akhirnya bisa jadi berat buat berpisah?

PPG (Pendidikan Profesi Guru) Prajabatan bakal selesai dalan hitungan hari. Harusnya, minggu depan ini udah kelar. Eh tapi, ada pengumuman kapan hari bahwa kuliah kami bakal diperpanjang sampek tanggal 7 Juni. Yak! Mixed feeling. Antara sedih dan seneng jadi satu. Sedihnya karena pengen segera pulang, senengnya karena bakal punya waktu ekstra buat barengan sama teman-teman sekelas.

Workshop PPG ini semacam kebahagian yang temporary. I met them exactly in the beginning of February. Terus sekarang udah mau pisah aja. Gak seluruhnya juga sih, kita bakal tetep ketemu dalam beberapa kesempatan tapi tidak dalam moment sekelas yang sama kayak sekarang ini.
Kapan hari pas dikelas, aku lihatin mereka satu-satu. Sungguh amat baper rasanya. Ini orang sekelas canggihnya luar biasa. Amat sangat pas dan memang semacam God sets us like this. Coba aja waktu itu, orang-orang yang mengundurkan diri akhirnya tetep lanjut dan menjadi bagian diantara kami. Mungkin rasanya bakal beda. Karena bagaimanapun, 26 orang ini yang memang ditakdirkan bertemu dan mengisi kekosongan satu sama lain. Bukan 26++ seperti di pengumuman awal. Lalu, sambil melihat mereka ada satu lagi pertanyaan yang muncul dalam hati, why should them? why not somebody else?

Dulu aku hidup dalam circle yang aman. Aman dari segala macam aspek. Lebih-lebih background keluarga teman-temanku yang emang shaped like how a family should be or how a person should be. Yang punya mimpi tinggi, yang finansial terjamin, yang orang tua masih komplit, yang berkecukupan. Tapi di PPG ini, entah kenapa Tuhan memperlihatkanku sisi lain dari hidup. Teman-teman ini punya background hidup yang macem-macem dimana aku gak pernah membayangkan akan bersinggungan dengan mereka secara langsung. Mereka semacam limit breaker. Beberapa dari mereka mengalami broken family, tp sampek detik ini mereka masih jadi orang yang "baik" dan bisa survived sebegini luar biasanya. Yang lainnya, mereka membawa sendiri cerita masing-masing (the complicated ones) yang bikin aku mikir berkali-kali. Welcome to the real world Dhika!


Comments

Popular Posts